Identifikasi Kebutuhan SNI Komoditas Kopi: BSIP Kalsel Kunjungi Petani Kopi di Hatungun
TAPIN (bsip-kalsel) --- Kepala BSIP Kalimantan Selatan bersama tim kegiatan Identifikasi Standardisasi Instrumen Komoditas Kopi Spesifik Lokasi melakukan kunjungan ke Desa Asam Randah, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin, Selasa 15 Agustus 2023. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan SNI spesifik lokasi yaitu kopi hatungun, salah satu jenis kopi lokal dari Kalimantan Selatan.
Sebelum menuju kawasan Hatungun yang berada di dataran tinggi pegunungan Meratus, rombongan BSIP Kalimantan Selatan berkunjung ke Dinas Pertanian Kabupaten Tapin untuk melakukan koordinasi terkait kegiatan identifikasi standardisasi instrumen komoditas kopi spesifik lokasi.
Kepala BSIP Kalimantan Selatan, Dr. Ahmad Subhan, M.Sc menjelaskan terkait tugas dan fungsi BSIP Kalimantan Selatan yang lebih dititikberatkan pada pendampingan dan penerapan aspek standardisasi instrumen pertanian di Kalimantan Selatan, selain itu juga akan melakukan kegiatan tersebut di Kabupaten Tapin pada komoditas kopi yang ada di Hatungun. Gayung bersambut, Kepala Bidang Perkebunan, Ikyani, S.Pt, merespon positif kegiatan BSIP Kalimantan Selatan yang akan dilakukan di wilayahnya. Dia juga mengungkapkan akan mendukung kegiatan tersebut, karena menurutnya hal tersebut dibutuhkan oleh petani terutama dalam pendampingan aspek standardisasi kopi hatungun mulai dari hulu sampai hilirnya. Selain di Hatungun, kopi lokal juga mulai berkembang di wilayah Piani, meskipun masih skala kecil.
Saat berada di lokasi perkebunan kopi di Hatungun, tim BSIP Kalimantan Selatan berdialog dengan kelompoktani Baru Muncul, produsen kopi jenis robusta ini. Diperoleh informasi bahwa sampai saat ini produk kopi yang dihasilkan belum sepenuhnya tersertifikasi terutama aspek SNI nya. Kelompoktani Baru Muncul menginformasikan bahwa produknya kini sedang dalam proses pendaftaran sertifikat dari BPOM, namun untuk SNI nya belum dilakukan. Pihak kelompoktani menyambut baik adanya BSIP Kalimantan Selatan yang bersedia melakukan pendampingan terkait dengan standardisasi produk kopi yang dihasilkan agar tersertifikasi SNI dan memiliki daya jual yang bagus di pasaran.
Saat ini permintaan kopi di pasaran sangat tinggi melebihi kapasitas produksi, padahal awalnya usaha perkebunan kopi di Hatungun ini hanyalah menjadi usaha sampingan. Hal ini seiring dengan semakin menjamurnya kafe-kafe dengan menu utama kopi, sehingga menyebabkan permintaan menjadi meningkat drastis.
Penanggung jawab kegiatan, Lelya Pramudyani, MP mengungkapkan dialog dengan kelompoktani sekaligus sebagai pelaku usaha kopi tersebut dapat diketahui tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam budidaya dan pengolahan produk kopi. Informasi yang diperoleh ini, ke depannya akan menjadi dasar dalam identifikasi kebutuhan standar SNI yang komprehensif dan relevan. Melalui identifikasi kebutuhan SNI spesifik lokasi yang tepat diharapkan dapat memberikan pedoman bagi para petani dan pelaku usaha dalam menghasilkan produknya yang berkualitas dan berdaya saing.